PROSES LAKTASI


Fisiologi Laktasi


Proses laktasi (menyusui) timbul setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon tersebut tidak ad lagi sehingga ASI pun keluar.


Mulai bulan ke-3 masa kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara. Dan akan berfungsi ketika bayi lahir.


Proses bekerjanya hormon adalah sebagai berikut :


1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel syaraf di payudara ibu mengirimkan pesan ke hipotalamus

2. Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem” penahan prolaktin

3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara ibu.


Hormon-hormon yang terlibat dalam proses pembentukan ASI adalah sebagai berikut :


1. Progesteron


Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Kadar progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan . hal ini menstimulasi produksi ASI secara besar-besaran.


2. Estrogen


Menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Kadar estrogen dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui.


3. Prolaktin


Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.


4. Oksitosin


Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, dan mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu (let down/ejection reflex).


5. Human placental lactogen


Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara, putting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Namun ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan (induced lactation).


Proses pembentukan Laktogen


1. Laktogenesis I


Pada fase akhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase laktogenesis I. saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun hal ini bukan merupakan masalah medis. Apabila ibu mengeluarkan kolostrum sebelum bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.


2. Laktogenesis II


Saat melahirkan keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL, secara tiba-tiba. Namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah akan meningkat dan mencapai puncaknya pada periode 45 menit, kemudian kembali ke level sebelumnya rangsangan 3 jam kemudian. Keluarnya kadar hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI dan hormon ini juga keluar dalam ASI sendiri. Penelitian mengindikasikan apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pkl 02.00 dini hari hingga pkl 06.00 pagi. Sedangkan jumlah prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.


3. Laktogenesis III


Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, juga seberapa sering payudara dikosongkan.


Pengeluaran Air Susu


Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat di dalam glandula pituitari posterior. Akibat langsung refleks ini adalah dikeluarkannya oksitosin dari pituitari posterior. Hal ini menyebabkan sel-sel mioepitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk ke dalam pembuluh ampulae. Refleks ini dapat dihambat oleh adanya rasa sakit, misalnya jahitan perineum. Dengan demikian penting untuk menempatkan ibu dalam posisi yang nyaman, santai dan bebas rasa sakit, terutama pada jam-jam menyusukan anak.


Pengeluaran prolaktin dihambat oleh faktor-faktor yang belumjelas bahannya, namun beberapa bahan terdapat kandungan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dan TSH yang ada kaitannya dengan pengeluaran prolaktin. Pengeluaran oksitosin dipengaruhi oleh hisapan bayi dan juga oleh suatu reseptor khusus yang terletak dalam sistem duktus. Bila duktus melebar atau menjadi lunak, maka secara reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh hipofisis yang berperan untuk memeras ASI dari alveoli. Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak diperlukan di samping faktor-faktor lain selama menyusui.


Pemeliharaan ASI


Penyediaan berlangsung terus sesuai kebutuhan. Apabila bayi tidak disusui maka penyediaan ASI tidak akan dimulai. Apabila seorang ibu dengan bayi kembar menyusukan kedua bayinya bersama, maka penyediaan air susu akan tetap cukup untuk kedua bayi tersebut. Makin sering bayi disusukan, penyediaan air susu ibu juga makin baik.


Dua faktor penting untuk pemeliharaan ASI adalah rangsangan dan pengosongan payudara


Rangsangan


Sebagai respon terhadap penghisapan, prolaktin dikeluarkan dari glandula pituitari anterior dan dengan demikian memacu pembentukan ASI yang lebih banyak. Apabila karena suatu alasan tertentu bayi tidak dapat menyusu sejak awal, maka ibu dapat memeras air susu dari payudaranya dengan tangan atau menggunakan breast pump. Akan tetapi penghisapan oleh bayi akan memberikan rangsangan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kedua cara tersebut.


Pengosongan sempurna payudara


Bayi sebaiknya mengosongkan payudara sebelum diberikan payudara yang lain. Apabila ASI yang diproduksi tidak dikeluarkan, maka laktasi akan tertekan (mengalami hambatan) karena terjadi pembengkakakn alveoli dan sel-sel mioepitel tidak dapat berkontraksi kemudian ASI tidak dapat di paksa masuk ke dalam duktus laktiferus. Rutinitas dan pola minum ASI akan terbentuk dan minumnya akan lebih jarang apabila laktasi tidak berfungsi penuh.


Penyebab produksi ASI rendah adalah :


  • Kurang seringnya ibu menyusui bayi
  • Bayi tidak bisa menyusui karena struktur rahang dan mulutnya kurang baik, teknik perlekatan yang salah, dll
  • Kuranya gizi ibu


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI antara lain :


  • Frekuensi pemberian ASI
  • Berat bayi saat lahir
  • Usia kehamilan saat melahirkan
  • Usia ibu dan paritas
  • Stress dan penyakit akut
  • Mengkonsumsi rokok
  • Mengkonsumsi alkohol
  • Memakai kontarsepsi yang menghambat ASI

»»  READ MORE...

PRE EKLAMPSIA BERAT


Pre Eklampsia adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertemsi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. ( Sarwono, 2002 )


Pre Eklampsi dan eklampsi adalah bagian dari gangguan yang sama, dan Eklampsi merupakan bentuk berat dari penyakit tertentu. Pre eklampsi hampir selalu mendahului Eklampsi. Tidak semua kasus menjadi progresif dari penyakit ringan ke berat, dan beberapa penderita mengalami Pre eklampsi berat akan eklampsi secara mendadak. ( Safemotherhood, 2001 )


1. Etiologi


Menurut Sarwono, 2002, Apa yang menjadi penyebab pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab – musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal – hal berikut :


  • Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidatidosa.
  • Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
  • Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
  • Sebab jarang terjadinya eklampsi pada kehamilan berikutnya
  • Sebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema, kejang, dan koma.


Teori yang dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab pre eklampsi ialah iskemia plasenta.


2. Gejala dan Tanda Preeklampsia berat ( Sarwono, 2002 )


  • Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
  • Tekanan darah diastolic ≥ 110 mmHg
  • Peningkatan kadar enzim hati atau / dan ikterus
  • Trombosit < 100.000/mm3
  • Oligouria < 400 ml/ 24 jam
  • Proteinuria > 3 g / liter
  • Nyeri epigastrium
  • Skotoma dan gangguan visus
  • Nyeri frontal yang berat
  • Perdarahan retina
  • Edema pulmonum
  • Koma

3. Penanganan ( Buku Panduan Praktis Pelayanan dan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002 )


Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsi. Semua kasus preeklampsi berat harus ditangani secara aktif. Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dan tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatan sering tidak sahih.


Penanganan Kejang


  • Beri obat antikonvulsan
  • Perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan napas, sedotan, masker dan balon, oksigen )
  • Beri oksigen 4 – 6 liter per menit
  • Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras.
  • Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiki aspirasi.
  • Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

Penanganan Umum

  • Jika tekanan diastolic tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi, sampai tekanan diastolic di antara 90 – 110 mmHg
  • Pasang infus dengan jarum besar ( 16 gauge )
  • Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan.
  • Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria.
  • Jika jumlah urin kurang dari 30 ml per jam :
  • (Hentikan MgSO4 dan berikan cairan I. V ( NaCl 0,9 % atau Ringer Laktat pada kecepatan 1 liter per 8 jam dan Pantau kemungkinan edema paru.
  • Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
  • Observasi tanda – tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
  • Auskultasi paru untuk mencari tanda – tanda edema paru
  • Hentikan pemberian cairan I. Vdan berikan diuretic misalnya furoemid 40 mg I.V sekali saja jika ada edema paru.
  • Nilai pemnekuan darah dengan uji pembekuan sederhana. Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.

5. Pencegahan


Untuk mencegah kejadian Preeklampsi dapat dilakukan nasehat tentang :


  • Diet makanan, Makanan tinggi protein, karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau oedema.
  • Cukup Istirahat
  • Pengawasan antenatal ( Tekanan darah, TFU, Kenaikan berat badan, oedema, proteinuria, gerakan janin, denyut jantung janin, dan air ketuban )
»»  READ MORE...

KODE ETIK BIDAN INDONESIA



Deskripsi Kode Etik BidanIndonesia


Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.


Kode Etik BidanIndonesia


Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat


  1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
  2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
  3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
  4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
  5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien, keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
  6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart kesehatannya secara optimal.

Kewajiban
bidan terhadap tugasnya


  1. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
  2. Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
  3. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

Kewajiban
bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

  1. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan suasana kerja yang serasi.
  2. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

Kewajiban
bidan terhadap profesinya

  1. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
  2. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  3. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

  1. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya dengan baik.
  2. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  3. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

  1. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
  2. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.

»»  READ MORE...

ASKEB ANC ANC FISIOL 2

»»  READ MORE...

ASKEB ANC FISIOL 3

»»  READ MORE...

ASKEB ANC SUNGSANG

»»  READ MORE...

ASKEB ANC ANEMIA

»»  READ MORE...

ASKEB ANC MYOMAUTERI

»»  READ MORE...

ASKEB ANC POSTDATE

»»  READ MORE...

ASKEB ANC KB SUNTIK CYLOFEAM

»»  READ MORE...

ASKEB ANC HIPERTENSI

»»  READ MORE...

ASKEB ANC KB SUNTIK

»»  READ MORE...